Wednesday, July 16, 2008

Dian Setyawan


Dian Setyawan =putra Siek Djang Gang-Ang Ay Nio ,
Dari Feng Shui Sampai Garis Tangan
Kompas 6-6-2002

BERAWAL dari penderitaan hidup semasa kecil,dia menjadi tertarik mencari makna hidup.Dia tertarik untuk mencari jawaban ,apa yang harus dia perbuat dalam hidupnya di dunia ini.Usahanya ini menuntun dirinya untuk mendalami budaya Timur Purba,terutama budaya Tiongkok purba yang memang sejak kecil menjadi perhatiannya.
“Nah,dalam upaya mendalami budaya Tiongkok purba,saya berkenalan dengan feng shui dan ilmu-ilmu Tiongkok purba lainnya seperti membaca garis tangan dan lain sebagainya,”kata Mas Dian MRE(46),pengamat dan konsultan feng shui dan ahli membaca garis tangan (shou xiang),ketika ditemui di rumahnya di Semarang akhir Mei lalu.Dia juga mempunya keahlian membaca wajah orang atau xiang mien.Selain secara tatap muka,Mas Dian juga melayani para kliennya lewat rubrik yang dia asuh di beberapa media cetak Jakarta dan Semarang.
Beberapa buku karyanya yang menyangkut keahliaannya ini sudah diterbitkan,antara lain Logika Feng Shui jilid 1-3(sudah cetakan keempat),30 Penjabaran dan Pembenahan Feng Shui Interior(cetakan ke empat), 30 Penjabaran dan Pembenahan Feng Shui Exterior(cetakan ke empat),Cara Mudah Membaca Garis Tangan/Palmistri(cetakan Kedua),serta Cara Mudah Membaca dan Menganalisa Wajah/Fisionomi.Bukunya yang terbaru dalam tahun 2002 ini adalah Pengaruh Warna dalam Fengshui.Selain itu ,Mas Dian juga menulis almanak Tong Shu dalam bahasa Indonesia(1997-2002).

***
Mas Dian sendiri lahir di Solo tanggal 15 Desember 1956,di bawah naungan shio Kera Api.Suami Shelvirawaty ini mempunyai nama lengkap Dian Setyawan.Sebutan “Mas Dian” adalah nama populernya sebagai pengamat dan konsultan feng shui.
Anak kelima dari tujuh anak pasangan suami-istri Siek Djang Gang dan Ang Ay Nio ini mengaku hidupnya menderita semasa kecil.Ayahnya meninggal semasa dia berusia satu setengah tahun.Kemudian,ayah tirinya,seorang pedagang,bangkrut dalam suasana ekonomi nasional yang terpuruk kala itu.
Dalam pergumulan dengan penderitaan ,Mas Dian berusaha mencari makna hidup dengan mempelajari budaya Timur purba, terutama Tiongkok purba.Dalam penggembaraannya di dunia budaya Tiongkok purba inilah,dia berkenalan dengan ilmu feng shui.Dalam usaha mencari tahu lebih jauh mengenai ilmu tersebut,Mas Dian sempat menghubungi beberapa orang yang oleh awam disebut-sebut sebagai “suhu hong sui”atau “orang pintar hong sui”(Hong sui adalah dialek Hokkian untuk feng shui).Dalam pengalamannya,dia sempat minta nasihat salah seorang suhu hong sui ketika dia ingin melakukan renovasi rumahnya.Nasehat yang ia terima,ternyata membingungkan belaka.
“Sang suhu melarang jangan bangun ini di sini,jangan membangun itu di situ,dan sebagainya.Dia mengatakan rumah ini akan membawa kematian kalau petunjuk-petunjuknya itu tidak dilaksanakan.Tetapi dia tidak memberikan solusi,bagaimana yang baik,sehingga saya jadi bingung dan tidak puas,”ceritanya.
Dari pengalaman seperti itu yang ternyata juga dialami beberapa orang lain,ia berkesimpulan banyak orang yang mengaku sebagai ahli hong sui ternyata bukanlah ahli yang sebenarnya.
“Mereka berlatar belakang persuhuan,yang mengaku serba pandai dari masalah pengobatan orang sakit sampai pada pencarian jodoh.Mereka tahu sedikit tentang hong sui dari hasil dengar sana dengar sini yang lalu mereka reka-reka sendiri,”ujar Mas Dian.
“Ulah para suhu hong sui itu menimbulkan kesenjangan antara masyarakat dengan ilmu hong sui atau feng shui,sehingga ada sebagian masyarakat menganggap hong sui atau feng shui sebagai sesuatu yang mistik,padahal hong sui atau feng shui itu ilmunya adalah logika,”tambahnya

***

RASA tidak puasnya terhadap ulah para suhu yang mengaku ahli hong sui mendorong Mas Dian untuk mendalami ilmu feng shui itu sendiri langsung dari sumbernya,yaitu budaya Tiongkok purba.Usaha ini didukung dengan kepandaiannya berbahasa Mandarin,baik lisan maupun tulis.Naskah-naskah ilmu feng shui dalam bahasa Mandarin dia lalap habis.
Agar tidak terjebak pada praktik-praktik persuhuan,Mas Dian tidak demikian saja menelan mentah-mentah pengetahuan feng shui yang dia peroleh dari naskah-naskah berbahasa Mandarin tersebut.Dia mengolah pengetahuan tersebut dengan melakukan suatu penelitian terhadap hasil implementasi dari teori-teori tersebut.
“Jadi,pengetahuan teoretis yang saya peroleh dari naskah-naskah tersebut saya implementasikan dalam praktik pada sejumlah kasus.Nah,dari hasil implementasi ini saya jadi tahu mana yang betul,mana yang salah dan sebagainya sehingga saya memperoleh pengetahuan empiris.Memang kebenarannya tidak bisa mutlak,karena saya percaya yang mutlak itu milik Tuhan.Kalau mencapai 70 persen benar,itu sudah cukup empiris sekali.Lalu,pengalaman itu saya tulis dan akhirnya menjadi buku-buku,”ujar Mas Dian,yang mulai serius mempelajari feng shui secara otodidak sejak tahun 1986.
“MRE” di belakang namanya adalah gelar “Master of Real Estate” yang dia peroleh setelah belajar 1,5 tahun pada sebuah perguruan dari Australia yang membuka cabangnya di Semarang pada tahun 1998.Katanya,”Pengetahuan yang saya peroleh dari perguruan tersebut baik sekali ,sehingga saya memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengelolaan real estate sampai pada managemen pemasarannya.Pengetahuan yang saya peroleh di perguruan tersebut membuat saya pandai membaca dan membuat denah,sehingga saya bisa memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai denah-denah bangunan yang sesuai perhitungan feng shui .”

***

TERLANJUR terkenal sebagai konsultan feng shui di media-media cetak,banyak peristiwa lucu yang terjadi ketika Mas Dian melayani kliennya secara tatap muka di tempat-tempat praktiknya di Semarang dan di Jakarta.Peristiwa lucu ini akibat persepsi keliru kliennya yang memperkirakan akan berhadapan dengan dirinya,sebagai seorang yang berusia lanjut dengan kumis-jenggot lebat.
“Ketika dia mendapati diri saya masih muda,waktu itu saya berusia sekitar 37 tahun ketika mulai membuka praktik konsultasi feng shui,wajah klien saya itu menampakkan kekecewaannya.Pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan lalu terasa kurang mantap.Orang tersebut merasa kurang sreg,”ungkap Mas Dian,yang membuka praktik sebagai konsultan feng shui sejak tahun 1993.
Selama sembilan tahun sejak tahun 1993 sampai sekarang,sebagai pengamat dan konsultan feng shui,Mas Dian sudah berhasil menyelesaikan lebih dari 10.000 kasus yang diajukan para kliennya yang berasal dari pelbagai daerah di Indonesia,bahkan ada yang berada di Singapura,Hongkong, dan Taiwan.”Hal ini tidak usah mengherankan,karena saya mengasuh rubrik feng shui pada lebih dari satu media cetak di Indonesia.Dan, kebetulan rubrik yang saya asuh itu juga dibaca dan diminati oleh orang-orang Indonesia yang berada di luar negeri,”kata Mas Dian dengan tersenyum kecil.
Ayah dari Wenny(21),Ivon(18),dan Yessica(15) ini kian semakin sibuk melayani para kliennya di Jakarta dan di Semarang.Setiap Selasa sampai Sabtu dalam pekan pertama dan ketiga dia membuka praktik konsultasi di Jakarta,sedangkan di Semarang setiap Selasa dan Jumat sore pada pekan kedua dan keempat

No comments: